see no evil, hear no evil, say no evil

see no evil, hear no evil, say no evil

Kamis, 06 Maret 2014

Catatan Hermeneutika Selasa, 18Februari 2014 HERMENEUTIKA GADAMER



Catatan Hermeneutika
Selasa, 18Februari 2014


HERMENEUTIKA GADAMER

Pamahaman, Bahasa dan Sejarah
1.      Pamahaman selalu bersifat kebahasaan
Contoh: pemahaman harus bisa ditunjuk dengan terma/kata, “kemarin saya belajar Hermeneutika Romantis”. Penunjukkan pemahaman entah dengan ungkapan/speech atau dalam bentuk tulisan.
Ø  Fungsi Bahasa: mengambil jarak, memberi makna, mengambil sikap, memiliki dunia (?)
2.      Pemahaman bersifat kesejarahan: pemahaman bersifat prasangka dan pikiran hanya diaktualisasikan dalam kesejarahan. Gagasan hanya dapat diaktualisasikan dalam kondisi historis tertentu.
Ø  Hermeneutika menjelaskan momen sejarah
3.      Kesadaran sejarah berdasarkan pada pra-struktur pemahaman. Orang memahami teks tidak pernah dengan kesadaran kosong.
Contoh: yang tahu bahasa inggris bisa menangkap lebih banyak daripada yang tidak tahu bahasa inggris.
4.      Pra-pemahaman diperoleh dari tradisi (jaringan hubungan makna, cakrawala kita berpikir). Tradisi bersembunyi di dalam bahasa.
Ø  Bahasa yang dipakai memperlihatkan tradisi apa yang ada di baliknya.
Pikiran selalu diaktualisasikan dalam sejarah, ungkapan dalam kata-kata atau tulisan.

Sejarah Efektif
Ø  Antara penafsir dan teks dipahami menjadi bagian dari suatu tradisi budaya dan sejarah yang terbentuk dalam kelangsungan
Ø  Makna sebuah karya masa lalu didefinisikan dalam kerangka pertanyaan-pertanyaan yang ada sekarang (penafsiran selalu dengan pra-pemahaman).
Penjelasan:
Ø  Contoh: jika ingin melakukan inter-religius dialog harus mendekati dari apa yang dihidupi oleh pemeluknya.
Ø  Ada hubungan antara teks dan penafsir. Dihubungkan dengan tradisi. Apakah berarti penafsiran harus selalu dijembatani oleh tradisi? Apakah yang tidak menggunakan tradisi tidak boleh? Mungkin saja tanpa tradisi lebih baik.
Ø  Contoh: seorang Magnis Suseno yang menulis Etika Jawa lebih mudah dipahami daripada tulisan dari orang Jawa sendiri.
Catatan:
Ø  Dalam penelitian ada istilah: Eksogen: Magnis Suseno (Kelahiran Jerman menjadi WNI), Indogen: Kuntoro Wiryomartono (Orang Jawa)
Ø  Pengambilan jarak itu menjadi lebih jelas daripada yang jaraknya lebih dekat.

Peleburan Cakrawala-Cakrawala
Penafsiran adalah peleburan antara cakrawala penafsiran dan cakrawala teks (fusion of horizons)
Cakrawala Penafsir:
1.      Vorhabe: Latar Belakang
2.      Vorsicht: Cara Pandang
3.      Vorgriff: konsep / istilah yang dipakai
Cakrawala teks:
Ø  Pengarang, tradisi, gramatika, teks hubunga-hubungan intern teks
Ø  Konteks awal produksi
Ø  Alamat yang dituju wacana
Kalau sama sekali baru, tidak ada intensionalitas. Kebaharuan dipahami dalam fusion of horizon. tidak ada yang baru sama sekali??
ü  Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa menafsirkan bukan reproduksi tetapi produksi makna. Produksi ini tidak pernah tercapai secara tuntas karena teks selalu lebih kaya, sementara pemahaman manusia terbatas dan selalu diperbaharui.

Gadamer merehabilitasi:
ü  Prasangka: sebagai pra-pemahaman ang penting untuk menafsirkan
ü  Otoritas: tidak sewenang-wenang tetapi rasional
ü  Tradisi: merupakan cakrawala penafsir yang penting untuk menafsirkan

Maka, penafsiran:
ü  Tidak tergantung begitu saja pada penafsir (teks mempunyai cakrawala sendiri)
ü  Menuntut kontekstualisasi (produksi makna berdasarakan konteks)
ü  Mengharagai tradisi karena memberi cakrawala pada penafsir (tradisi menghubungkan waktu penafsir dan waktu teks)
ü  Melawan fanatisme yang tidak menerima peleburan cakrawala dan cenderung memperkosa teks, tidak terbuka pada pembaharuan dan kontekstualisasi.

Kritik Gadamer terhadap Schleiermacher (Hermeneutika Romantis):
Ø  Schleiermacher: menafsirkan reproduksi maksud pengarang
Ø  Gadamer: menafsirkan tidak hanya mereproduksi tetapi juga produksi


HERMENEUTIKA RICOEUR
[lengkapnya lihat di Handout!!!]


Definisi Wacana
Wacana/Speech: Language in Action, peristiwa bahasa

Ciri-ciri wacana:
1.      Ada subyek yang menyatakan
2.      Isi pernyataan atau proposisi yang merupakan dunia yang mau direpresentasikan
3.      Kepada siapa pernyataan itu disampaikan
4.      Temporalitas atau konteks waktu dari penyampaian pernyataan. Konteks waktu dan konteks tempat.
Bedanya dengan bahasa, bahasa tidak perlu nomor 1 dan 4. Sebagai sistem cukup 2 dan 3.
Ø  Ini berpengaruh  terhadap fakta sosial mengandung ciri-ciri tekstualitas.
Ø  Derrida: kita tidak pernah menulis dari nol, kita selalu mencangkok  ide orang lain. Dan orang lain mencangkok ide kita. “yang didiamkan punya makna”

MIMESIS
Ø  Tindakan manusia untuk meniru
Ø  Kita tidak pernah transparan: anda tahu diri anda kapan? Apakah tanpa orang lain?

Tiga Tahap Mimesis
1.      Prefigurasi = Mimesis 1
Contoh: pengalaman yang dialami, ada bersama/live in
2.      Konfigurasi = Mimesis 2
Contoh: setelah pengalaman membuat tulisan/laporan. Menulis apa yang bermakna. Yang tidak tidak akan ditulis.
3.      Refigurasi/Transfigurasi = Mimesis 3
Contoh: perubahan dari keinginan menjadi lawyer ke aktivis advokasi bagi yang didampingi. Mengubah eksistensi=> hermeneutika eksistensial

Mengapa membaca karya sastra/nonton film lebih menarik dari pada mendengar kotbah?
Ø  Karena menikmati karya seni kita mempelajari paradigma kehidupan tanpa merasa digurui. Kalau kita mendengar kotbah merasa digurui.
Ø  Narasi yang memungkinkan waktu bisa diukur. Waktu sebagai fenomenologi itu membosankan.

Apa Syarat Utama terjadinya Transfigurasi?
Ø  Pra-pemahaman harus terbuka untuk terjadi transfigurasi.
Ø  Habitus ditularkan secara implisit. Semakin implisit semakin menarik. Semakin eksplisit semakin tidak menarik.


STRUKTURALISME

Prinsip-prinsip Strukturalisme
1.      Memberi prioritas pada sinkroni, logika, bentuk, dalam kaitan dengan praktik. Strukturalisme: ahistoris dan formal (tidak tergantung pada sejarah/latar belakang teks)
2.      Melepaskan sistem dari acuan empirisnya (tidak mengacu yang di luar teks/bahasa): struktur merupakan bentuk-bentuk yang lepas dari isi tertentu yang mewujudkannya (tak mengacu yang di luar teks)
3.      Bahasa seperti jejaring atau kerangka, yang bentuknya tidak terlalu tergantung pada yang riil
4.      Meninggalkan konsepsi yagn menekankan acuan pada alam. Makna adalah struktur, artinya berasal dari hubungan hubugnan dan melekat pada bahasa
5.      Makna berasal dari perbedaan, oposisi atau kedekatan. Makna berubah jika struktur semantik berubah, semakin kaya atau semakin miskin (makna tidak berasal dari luar bahasa)

Implikasi strukturalisme
1.      Mengurangi peran subyek dan kesadaran: struktur mengondisikan manusia dan menentukan perilaku
2.      Pemaknaan, rasionalitas, pembenaran, motivasi individu/masyarakat terhadap kebiasaan, usaha dan tindakanhanya superfisial. Logika tak sadar, tapi obyektif, tidak pernah muncul secara jelas di permukaan. Ada determinisme struktur kausal. Kemampuan mengubah struktur lemah.
3.      Epistemologi terputus: subyek diputus dari dirinya (yang mengondisikan tidak dapat diketahui melalui pengamatan, introspeksi, refleksi langsung). Subyek harus putus dari penjelasan spontan untuk masuk ke dalam pengetahuan efektif tentang diri, masyarakat dan sejarah.
4.      Tekanan pada sinkroni (bukan diakroni/kronologis), struktur mencukupi diri, acuan diri, tak ada landasan atau makna di balik strukstur.

Analisa struktural
1.      Premisnya: tanda terdiri dari dua bagian (signifiant/signifie: singifier/signified) dan tidak ada makna tanpa perbedaan, oposisi, kedekatan
2.      Analisa struktural ditandai oleh pencarian makna melalui struktur-struktur imanen dan konstruksi model-model
3.      Analisa struktural adalah gramatika wacana, apa yang keluar dari teks melampaui kalimat. Ada gramatika kisah: mengarang sebuah teks ada aturan yang sudah baku. Pelaku tidak dibuat sembarangan dan tidak melakukan sesuatu secara asal-asalan. Aturan memungkinkan makna

Logika Analisa struktural
1.      Dalam analisa struktural orang tertarik pada berfungsinya teks, bukan pertama-tamamencari maknanya, tapi bertanya “mengapa” ada maknanya, bagaimana teks memberi makna
2.      Teks dianalisa apa adanya, tanpa harus memikirkan kapan teks ditulis, siapa pengarang, dalam konteks apa
3.      Pra-andaiannya: pikiran manusia bekerja selalu dengan cara yang sama
4.      Pikiran manusia mengikuti logika yang sama. Logika manusia adalah biner: orang berpikir secara oposisi, kontras. Hanya ada makna dalam perbedaan.
Ø  Makna datang dari perbedaan/kontras/oposisi. Transparansi itu tidak ada.
Ø  Persepsi berubah tetapi realitas tidak berubah. Yang mengubah seringkali realitas.

Analisa struktural Greimas
Skema Greimas terdiri dari:
Ø  Kerangka yang nampak (sintaksis):analisa pengorganisasian pelaku dan peran mereka (trajectory) berdasarkan kerangka kisah sebagaimana diceritakan, pelaku-pelaku berkembang, bertemu, bertarung.
Ø  Semantik: analisa struktur-struktru macam apa yang mengorganisir kisah secara mendalam (pemaknaan) dengan melihat oposisi macam apa yang membangun kisah.
Kontrak/manipulasi: pengirim memicu hasrat kepada subyek untuk bertindak atau mempercayai.

A.      SINTAKSIS
Oval: Poros Komunikasi
Text Box: PENOLONGText Box: PENGHALANGText Box: ANTI-SUBJEKOval: Poros PencarianOval: KontrakText Box: SUBJEK







Text Box: PENERIMAText Box: OBJEKText Box: PENGIRIM












Organisasi wahana makna:
1.      Poros pencarian: Subjek menginginkan dan mencari Objek
2.      Poros komunikasi: Pengirim menyampaikan Objek kepada penerima
Ø  Pengirim (pribadi/ide): memotivasi tindakan atau menyebabkan sesuatu terjadi
Ø  Pengirim tidak hanya menetapkan nilai yang dituju tapi juga menyampaikan kehendak/kewajiban kepada Subjek
Ø  Setiap pencarian dimulai dengan kontrak awal antara Pengirim dan Subjek yang berakhir dengan sanksi atau pujian terhadap performance Subjek
Ø  Kontrak/Manipulasi: pengirim memicu hasrat kepada Subjek untuk bertindak dan mempercayakan misi kepada Subjek. Kontrak diikuti dengan 3 tes sebagai cerminan logka dasar tindakan mansuia
3.      Dalam mencari Objek, Subjek mendapat dukungan dari penolong sekaligus dihalangi oleh penghalang.

Tiga Tes untuk menguji Subjek:
1.      Tes Kualifikasi: tokoh dikualifikasi sebagai sujbek yang mencari dan dianggap mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan misi
2.      Tes Pokok: subjek berjuang dan membawanya ke penerimaan Objek. Seringkali dalam bentuk konfrontasi, konflik, perjuangan subjek
3.      Tes Pujian/Sanksi: Pengakuan sosial atas subjek atas keberhasilan (dipuji)/kegagalannya (dihukum). Performance Subjek dievaluasi dan ditafsirkan.


B.     SEMANTIK
Analisa Semantik (langkah-langkah analisa semantik:
1.      Inventarisasi oposisi dan transformasi dalam teks
2.      Hirarkisasai oposisi agar diperoleh “payung” yang mempersatukan teks
3.      Tenbtukan oposisi yang paling kuat (dari antara 2 kutub abstrak, ke arah makna yang mana teks bergerak
4.      Transportasi dasariah nilai mana yang dipertaruhkan.
5.      Penerapan dalam konteks penafsir aktual (fussion of horizon dengan Trajectory)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar