Lord Thomas Babington Macaulay
Minute
on Indian Education (1835)
- satu rak saja sastra Inggris jauh lebih bernilai daripada seluruh “sastra
oriental”
lewat pendidikan Inggris pribumi
India akan dijadikan
“English in taste, in opinions, in morals, and in intellect” (Inggris dalam hal selera, pandangan, nilai
moral dan intelek)
- kelas terdidik itu akan membantu membela kepentingan Inggris di
India
Thilo Sarrazin (politikus Jerman,
SPD), 2010
Jerman sedang membatalkan dirinya: betapa kita sedang mempertaruhkan negara kita
pesan utama:
Masyarakat Jerman makin lama
makin bodoh karena makin banyak
orang yang berinteligensi rendah dan tidak mendapat pendidikan yang
baik. Penyebabnya adalah membesarnya kelas bawah, dan banyaknya migran, terutama migran dari dunia
Islam (Turki dan
Arab).
asumsi
Pendidikan yang
dimaksudkan adalah pendidikan Jerman (bahasa Jerman, pengetahuan standar
Barat). Pengetahuan lain
(bahasa non-Eropa, pengetahuan budaya dan
agama yang dianggap asing, dsb) tidak diperhitungkan.
Identitas Jerman dikaitkan dengan pengetahuan itu. Migran bisa (dan dianjurkan) “menjadi Jerman”/”berintegrasi” dengan cara mengadopsi pengetahuan itu.
Kalau pengetahuan dan nilai “standar
Barat” itu hilang, maka Jerman telah “membatalkan dirinya” – artinya, identitas Jerman yang
berbeda (di mana, msl., bahasa Turki,
agama Islam, dst menjadi bagian dari kejermanan) tidak terbayangkan.
Hilangnya identitas Jerman itu dipahami sebagai sebuah ancaman dan sebagai kemunduran: budaya Jerman/Eropa dianggap
superior, maka sangat rugi kalau digeser/dikalahkan oleh budaya-budaya non-Eropa yang
“inferior”.
Apa dasar keyakinan tentang superioritas pengetahuan dan cara hidup
Barat itu?
Dan bagaimana cara mengkritik dan melawannya?humanisme
universalisme
modernitas
kemajuan
eurosentrisme
Pencerahan
Tradisi pemikiran
Barat bersifat universalis, dalam arti menempatkan manusia
Barat (laki-laki
Barat) di pusat, sebagai standar.
Nilai-nilai seputar kemanusiaan, hakekat manusia, tujuan hidup manusia, etika dsb, diutarakan secara umum (berlaku untuk semua
orang, di mana
pun), meskipun nilai-nilai tersebut lahir dalam konteks budaya tertentu (yaitu Eropa).
Pada kenyataannya, ada manusia yang
dipandang “lebih manusia” daripada yang
lain, yaitu
orang Eropa (kulit putih).
Seluruh umat manusia dibayangkan mesti melalui perkembangan yang
sama, dari primitif menjadi
modern. Dengan narasi semacam itu, otomatis
orang Barat terlihat
paling maju,
paling modern. Budaya lain
diyakini berada pada
stadium yang sudah dilalui oleh budaya
Barat.
Dengan demikian, kolonialisme dapat dipandang (dan dilegitimasi) sebagai gerak dari tahyul menuju rasionalitas.
marxisme
Apa yang
dipikirkan manusia justru ditentukan oleh kondisi materialnya – tidak ada pengetahuan yang
netral dan tanpa kepentingan.
psikoanalisis
Manusia otonom yang
merasa sepenuhnya sadar diri dan menentukan dengan bebas apa yang
ingin dikerjakannya (= manusia rasional ala Pencerahan), adalah ilusi. Tindakan manusia kerapkali ditentukan oleh bawah sadarnya.
semiotika/(pasca)strukturalisme
Untuk berpikir, manusia selalu menggunakan bahasa yang
sudah ada sebelumnya, dan pikirannya selalu terjadi dalam kerangka wacana yang
sudah ada.
feminisme
Manusia
“universal” dalam tradisi pengetahuan
Barat selalu merujuk pada laki-laki, dan dengan demikian pengetahuan yang
konon netral itu sudah gendered.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar