Catatan Hermeneutika
Selasa, 18Februari 2014
HERMENEUTIKA GADAMER
Pamahaman, Bahasa dan Sejarah
1.
Pamahaman selalu bersifat kebahasaan
Contoh: pemahaman harus bisa ditunjuk dengan
terma/kata, “kemarin saya belajar Hermeneutika Romantis”. Penunjukkan pemahaman
entah dengan ungkapan/speech atau
dalam bentuk tulisan.
Ø Fungsi Bahasa: mengambil jarak, memberi makna, mengambil sikap,
memiliki dunia (?)
2.
Pemahaman bersifat kesejarahan: pemahaman bersifat
prasangka dan pikiran hanya diaktualisasikan dalam kesejarahan. Gagasan hanya
dapat diaktualisasikan dalam kondisi historis tertentu.
Ø Hermeneutika menjelaskan momen sejarah
3.
Kesadaran sejarah berdasarkan pada
pra-struktur pemahaman.
Orang memahami teks tidak pernah dengan kesadaran kosong.
Contoh: yang tahu bahasa inggris bisa menangkap
lebih banyak daripada yang tidak tahu bahasa inggris.
4.
Pra-pemahaman diperoleh dari tradisi
(jaringan hubungan makna, cakrawala kita berpikir). Tradisi bersembunyi di
dalam bahasa.
Ø Bahasa yang dipakai memperlihatkan tradisi apa yang ada di baliknya.
Pikiran selalu diaktualisasikan dalam sejarah, ungkapan dalam kata-kata
atau tulisan.
Sejarah Efektif
Ø Antara penafsir dan teks dipahami menjadi bagian dari suatu tradisi
budaya dan sejarah yang terbentuk dalam kelangsungan
Ø Makna sebuah karya masa
lalu didefinisikan dalam kerangka pertanyaan-pertanyaan yang ada sekarang (penafsiran selalu dengan pra-pemahaman).
Penjelasan:
Ø Contoh: jika ingin melakukan inter-religius dialog harus mendekati dari
apa yang dihidupi oleh pemeluknya.
Ø Ada hubungan antara teks dan penafsir. Dihubungkan dengan tradisi.
Apakah berarti penafsiran harus selalu dijembatani oleh tradisi? Apakah yang
tidak menggunakan tradisi tidak boleh? Mungkin saja tanpa tradisi lebih baik.
Ø Contoh: seorang Magnis Suseno yang menulis Etika Jawa lebih mudah
dipahami daripada tulisan dari orang Jawa sendiri.
Catatan:
Ø
Dalam penelitian ada istilah: Eksogen: Magnis Suseno
(Kelahiran Jerman menjadi WNI), Indogen:
Kuntoro Wiryomartono (Orang Jawa)
Ø Pengambilan jarak itu menjadi lebih jelas daripada yang jaraknya lebih
dekat.
Peleburan Cakrawala-Cakrawala
Penafsiran adalah peleburan antara cakrawala
penafsiran dan cakrawala teks (fusion of horizons)
Cakrawala Penafsir:
1.
Vorhabe: Latar Belakang
2.
Vorsicht: Cara Pandang
3.
Vorgriff: konsep / istilah yang
dipakai
Cakrawala teks:
Ø
Pengarang, tradisi, gramatika,
teks hubunga-hubungan intern teks
Ø Konteks awal produksi
Ø
Alamat yang dituju wacana
Kalau sama sekali baru, tidak ada intensionalitas. Kebaharuan dipahami
dalam fusion of horizon. tidak ada yang
baru sama sekali??
ü Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa menafsirkan
bukan reproduksi tetapi produksi makna. Produksi ini tidak pernah
tercapai secara tuntas karena teks selalu lebih kaya, sementara pemahaman
manusia terbatas dan selalu diperbaharui.
Gadamer merehabilitasi:
ü Prasangka: sebagai pra-pemahaman ang penting untuk menafsirkan
ü Otoritas: tidak sewenang-wenang tetapi rasional
ü Tradisi: merupakan cakrawala penafsir yang penting untuk menafsirkan
Maka, penafsiran:
ü Tidak tergantung begitu saja pada penafsir (teks mempunyai cakrawala
sendiri)
ü Menuntut kontekstualisasi (produksi makna berdasarakan konteks)
ü Mengharagai tradisi karena memberi cakrawala pada penafsir (tradisi
menghubungkan waktu penafsir dan waktu teks)
ü Melawan fanatisme yang tidak menerima peleburan cakrawala dan cenderung
memperkosa teks, tidak terbuka pada pembaharuan dan kontekstualisasi.
Kritik Gadamer terhadap
Schleiermacher (Hermeneutika Romantis):
Ø Schleiermacher: menafsirkan reproduksi maksud pengarang
Ø Gadamer: menafsirkan tidak hanya mereproduksi tetapi juga produksi
HERMENEUTIKA RICOEUR
[lengkapnya lihat di Handout!!!]
Definisi
Wacana
Wacana/Speech:
Language in Action, peristiwa bahasa
Ciri-ciri
wacana:
1.
Ada subyek yang menyatakan
2.
Isi pernyataan atau proposisi yang
merupakan dunia yang mau direpresentasikan
3.
Kepada siapa pernyataan itu
disampaikan
4.
Temporalitas atau konteks waktu dari
penyampaian pernyataan. Konteks waktu dan konteks tempat.
Bedanya dengan bahasa, bahasa tidak perlu nomor 1 dan 4. Sebagai sistem
cukup 2 dan 3.
Ø Ini berpengaruh terhadap fakta
sosial mengandung ciri-ciri tekstualitas.
Ø Derrida: kita tidak pernah menulis dari nol, kita selalu
mencangkok ide orang lain. Dan orang
lain mencangkok ide kita. “yang didiamkan punya makna”
MIMESIS
Ø Tindakan manusia untuk meniru
Ø Kita tidak pernah transparan: anda tahu diri anda kapan? Apakah tanpa
orang lain?
Tiga Tahap Mimesis
1.
Prefigurasi = Mimesis 1
Contoh: pengalaman yang dialami, ada
bersama/live in
2.
Konfigurasi = Mimesis 2
Contoh: setelah pengalaman membuat
tulisan/laporan. Menulis apa yang bermakna. Yang tidak tidak akan ditulis.
3.
Refigurasi/Transfigurasi = Mimesis 3
Contoh: perubahan dari keinginan menjadi lawyer
ke aktivis advokasi bagi yang didampingi. Mengubah eksistensi=> hermeneutika
eksistensial
Mengapa membaca karya sastra/nonton film lebih menarik dari pada
mendengar kotbah?
Ø Karena menikmati karya seni kita mempelajari paradigma kehidupan tanpa
merasa digurui. Kalau kita mendengar kotbah merasa digurui.
Ø Narasi yang memungkinkan waktu bisa diukur. Waktu sebagai fenomenologi
itu membosankan.
Apa Syarat Utama terjadinya Transfigurasi?
Ø Pra-pemahaman harus
terbuka untuk terjadi transfigurasi.
Ø Habitus ditularkan secara implisit. Semakin implisit semakin menarik.
Semakin eksplisit semakin tidak menarik.
STRUKTURALISME
Prinsip-prinsip
Strukturalisme
1.
Memberi prioritas pada sinkroni,
logika, bentuk, dalam kaitan dengan praktik. Strukturalisme: ahistoris dan formal (tidak
tergantung pada sejarah/latar belakang teks)
2.
Melepaskan sistem dari acuan empirisnya (tidak mengacu yang di luar teks/bahasa): struktur merupakan
bentuk-bentuk yang lepas dari isi tertentu yang mewujudkannya (tak mengacu yang
di luar teks)
3.
Bahasa seperti jejaring atau kerangka, yang bentuknya tidak terlalu tergantung pada yang riil
4.
Meninggalkan konsepsi yagn
menekankan acuan pada alam. Makna
adalah struktur, artinya berasal dari hubungan hubugnan dan melekat pada
bahasa
5.
Makna berasal dari perbedaan, oposisi atau kedekatan. Makna berubah jika struktur semantik berubah, semakin kaya atau
semakin miskin (makna tidak berasal dari luar bahasa)
Implikasi
strukturalisme
1.
Mengurangi peran subyek dan kesadaran: struktur
mengondisikan manusia dan menentukan perilaku
2.
Pemaknaan, rasionalitas,
pembenaran, motivasi individu/masyarakat terhadap kebiasaan, usaha dan tindakanhanya superfisial. Logika tak
sadar, tapi obyektif, tidak pernah muncul secara jelas di permukaan. Ada
determinisme struktur kausal. Kemampuan
mengubah struktur lemah.
3.
Epistemologi terputus: subyek diputus dari dirinya
(yang mengondisikan tidak dapat diketahui melalui pengamatan, introspeksi,
refleksi langsung). Subyek harus putus dari penjelasan spontan untuk masuk ke
dalam pengetahuan efektif tentang diri, masyarakat dan sejarah.
4.
Tekanan pada sinkroni (bukan diakroni/kronologis),
struktur mencukupi diri, acuan diri, tak ada landasan atau makna di balik
strukstur.
Analisa
struktural
1.
Premisnya: tanda terdiri dari dua
bagian (signifiant/signifie: singifier/signified) dan tidak ada makna tanpa perbedaan,
oposisi, kedekatan
2.
Analisa struktural ditandai oleh
pencarian makna melalui struktur-struktur
imanen dan konstruksi model-model
3.
Analisa struktural adalah gramatika wacana, apa
yang keluar dari teks melampaui kalimat. Ada gramatika kisah: mengarang sebuah teks ada aturan yang sudah
baku. Pelaku tidak dibuat sembarangan dan tidak melakukan sesuatu secara
asal-asalan. Aturan memungkinkan makna
Logika Analisa struktural
1.
Dalam analisa struktural orang
tertarik pada berfungsinya teks, bukan pertama-tamamencari maknanya, tapi
bertanya “mengapa” ada maknanya, bagaimana teks memberi makna
2.
Teks dianalisa apa adanya, tanpa
harus memikirkan kapan teks ditulis, siapa pengarang, dalam konteks apa
3.
Pra-andaiannya: pikiran manusia bekerja selalu dengan cara yang sama
4.
Pikiran manusia mengikuti logika
yang sama. Logika manusia
adalah biner: orang berpikir secara oposisi, kontras. Hanya ada makna
dalam perbedaan.
Ø Makna datang dari perbedaan/kontras/oposisi. Transparansi itu tidak
ada.
Ø Persepsi berubah tetapi realitas tidak berubah. Yang mengubah
seringkali realitas.
Analisa
struktural Greimas
Skema
Greimas terdiri dari:
Ø Kerangka yang nampak (sintaksis):analisa
pengorganisasian pelaku dan peran mereka (trajectory) berdasarkan kerangka
kisah sebagaimana diceritakan, pelaku-pelaku berkembang, bertemu, bertarung.
Ø Semantik: analisa struktur-struktru macam
apa yang mengorganisir kisah secara mendalam (pemaknaan) dengan melihat oposisi
macam apa yang membangun kisah.
Kontrak/manipulasi: pengirim memicu hasrat kepada subyek untuk
bertindak atau mempercayai.
A. SINTAKSIS
Organisasi wahana makna:
1. Poros pencarian: Subjek menginginkan dan mencari Objek
2. Poros komunikasi: Pengirim menyampaikan Objek kepada penerima
Ø Pengirim (pribadi/ide): memotivasi tindakan atau menyebabkan sesuatu
terjadi
Ø Pengirim tidak hanya menetapkan nilai yang dituju tapi juga
menyampaikan kehendak/kewajiban kepada Subjek
Ø Setiap pencarian dimulai dengan kontrak awal antara Pengirim dan Subjek
yang berakhir dengan sanksi atau pujian terhadap performance Subjek
Ø Kontrak/Manipulasi: pengirim memicu hasrat kepada Subjek untuk
bertindak dan mempercayakan misi kepada Subjek. Kontrak diikuti dengan 3 tes
sebagai cerminan logka dasar tindakan mansuia
3. Dalam mencari Objek, Subjek mendapat dukungan dari penolong sekaligus
dihalangi oleh penghalang.
1.
Tes
Kualifikasi: tokoh dikualifikasi sebagai sujbek yang
mencari dan dianggap mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan
misi
2.
Tes Pokok: subjek berjuang dan membawanya ke penerimaan Objek. Seringkali dalam
bentuk konfrontasi, konflik, perjuangan subjek
3.
Tes
Pujian/Sanksi: Pengakuan sosial atas subjek atas
keberhasilan (dipuji)/kegagalannya (dihukum). Performance Subjek dievaluasi dan
ditafsirkan.
B. SEMANTIK
Analisa Semantik
(langkah-langkah analisa semantik:
1.
Inventarisasi oposisi dan
transformasi dalam teks
2.
Hirarkisasai oposisi agar
diperoleh “payung” yang mempersatukan teks
3.
Tenbtukan oposisi yang paling kuat
(dari antara 2 kutub abstrak, ke arah makna yang mana teks bergerak
4.
Transportasi dasariah nilai mana
yang dipertaruhkan.
5.
Penerapan dalam konteks penafsir
aktual (fussion of horizon dengan Trajectory)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar